Sabtu, 03 Juni 2017

Belajar Islam Lewat Ilmu Alam



(Reportase Ke-2, Pesantren Ramadhan Bersama Habib Fuad Salim, LC. di SMK Bistek, Bekasi, 3 Juni 2017)

rehabilitasipecandunarkoba.blogspot.co.id – Rupanya Rosulullah menangis karena membaca al Quran, Surat Ali Imran, Ayat 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190).


(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, maka periharalah kami dari siksa neraka.’(191)”.


Sungguh Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi peneliti alam semesta. Maka semua ilmu yang terkait dengan pengetahuan mengenai alam adalah ilmu agama bukan sebagai ilmu yang terpisah dari kaitan agama sebagaimana yang dipahami oleh orang zaman sekarang.

Betapa Rosulullah tidak bersedih hingga beliau menangis membayangkan umatnya di akhir zaman yang tidak lagi berdiri, duduk, dan berbaring sambil mengagumi dan mempelajari terhadap segala ciptaan Allah yang ada di alam ini.

Kita sungguh buta karena menganggap ilmu alam bukanlah ilmu agama yang mampu menambah keimanan kita pada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.

Pada penjelasan berikutnya, Habib Fuad mulai mengkaji lebih dalam mengenai pengetahuan mengenai penciptaan alam melalui ilustrasi “Garis Waktu”.

“Garis Waktu” menjabarkan dengan detail bahwa pada abad 400 SM ada Plato yang berpendapat bahwa bumi adalah datar. Abad 300 SM, Ptolemeus mengatakan bahwa “bumi adalah pusat dari tata surya” (geosentris).

Lalu, Copernicus pada abad 15 M menjelaskan “matahari adalah pusat tata surya” (heloisentris). Pendapat Copernicus diperkuat oleh Galileo pada abad 16 M. Kedua pelopor heliosentris ini mengalami nasib naas yang sama. Kedua mati di dalam penjara karena teori mereka dianggap mengancam keyakinan agama masyarakat ketika itu.

Albert Einsten pada abad 19 M menjelaskan bahwa bumi ini statis. Keadaannya tidak berubah sejak ada sampai sekarang. Sudah dari sananya, kalau meminjam bahasa sederhananya.

Terakhir, pada abad 20 M, ada dua ilmuan ternama masa kini yaitu Edwin Huble dan Stephen Hawking yang menyatakan bahwa bumi dan alam semesta terbentuk dari ledakan atau dentuman besar yang kemudian teori ini dikenal dengan “Teori Big Bang”.

(Mohamad Istihori, Jakarta, 3 Juni 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar