Rabu, 27 September 2017

Balhum Adhol


Bagi kita memiliki, percaya, dan memperjuangkan Pancasila, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa” pasti tidak akan pernah terbayang dengan perilaku manusia yang memiliki hobi membunuh orang tak berdosa lalu memakannya.

Betapa keji dan menjijikannya perbuatan tersebut. Bukan hanya bagi manusia yang berketuhanan tetapi juga bagi manusia yang berprikemanusiaan. Tersebar sebuah kabar bahwa di Kota Krasnodar, Rusia terdapat sepasang suami istri (pasutri) bernama Dmitry Bakshaev dan Natalia Bakhsaeva.

Pasutri tersebut adalah pelaku pembunuhan berantai sebanyak 30 orang dan melakukan tindakan kanibal atau memakan jasad para korbannya. Peristiwa ini merupakan pukulan telak bagi manusia modern.

Di balik gemerlap kehidupan yang dihasilkan dari modernisasi ternyata jika manusia tidak waspada menyikapi dapat melahirkan sebuah gejala yang dikenal dengan istilah The Agony of Modernization (Azab Sengsara karena Modernisasi).

Pembunuhan disertai kanibalisme yang dilakukan pasutri dari Rusia tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi dalam sejarah kehidupan manusia di dunia ini. Aphiwa Mapekula berusia 23 tahun dari Mount Frere, Afrika Selatan juga pernah melakukan pembunuhan dan memakan jasad korbannya. Masyarakat sekitar juga menjelaskan bahwa pelaku merupakan seorang pecandu narkoba.

Sebenarnya masih banyak lagi kasus serupa seperti Albert Fish. Laki-laki kelahiran Washington, DC, 19 Mei 1870 itu terdiagnosa mengalami gangguan jiwa. Ia berhalusinasi bahwa Tuhan menginstruksikannya menyiksa, memperkosa, membunuh, dan memakan para korbannya.

Ada juga Jeffrey Dahmer. Laki-laki kelahiran West Allis, Wisconsin, Amerika Serikat, 21 Mei 1960 tersebut mengalami gangguan jiwa karena seorang gay yang kemudian terbukti membunuh, memutilasi, dan memakan jasad para korbannya.

Manusia modern semakin terjerumus dalam sekuleritas dan individualistis. Semakin banyak pula orang Indonesia yang terjebak dalam sangkaan modern dari Barat ini tanpa menyadari bahwa bangsa kita bisa jadi lebih dulu lebih modern daripada apa yang telah, sedang, dan akan dicapai oleh bangsa Barat.

Jika kita tidak sungguh-sungguh mengambil pelajaran dari berbagai kasus tersebut maka tidak mustahil peristiwa mengerikan tersebut akan menimpa bangsa kita. Maka selayaknya pula para pelaku menjalani program pemulihan mental yang mampu memadukan unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

(Jakarta, 27 September 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar