Selasa, 09 Mei 2017

Buanglah “Sampah Perasaan” pada Tempatnya



(Catatan Forum Silaturahmi Keluarga Madani 3 Bagian Ke-18  Bersama Bunda Meilani Hermanto di Studio Madani, Kamis, 4 Mei 2017)

rehabilitasipecandunarkoba.blogspot.co.id – Bunda Meilani, “Kalau ternyata anak kita memakai narkoba lagi, iya sudah itu adalah pilihan dia. Drugs is your choice! Kamu mau pake, pake. Kamu mau ambil, ambil.


Kita menikah maunya dijodohin apa dengan orang yang kita pilih sendiri. Tentunya menikah itu haruslah berdasarkan pilihan kita sendiri karena kita sendirilah yang akan menjalani pernikahan tersebut. Jadi, kita yang memilih dan kita juga yang akan menjalaninya.


Mau begina, begini, beginu, begine, begino itu sudah pilihan kita sendiri. Kita mungkin sudah tahu bagaimana narkoba itu, tapi kita belum tahu mengenai pemulihan korban dan keluarga korban kecanduan narkoba.

Bagaimana kita meng-healing diri sendiri, bagaimana kita melihat kesedihan dan kelelahan kedua orang tua yang dalam usianya yang semakin senja masih sibuk mengurusi anaknya yang terkena masalah narkoba. Bagaimana kita menghadapi pasangan hidup kita.

Di FSKM ini kita bisa marah, sedih, curhat, dan lain sebagainya. Sampah saja sekarang memiliki wadah yang berbeda antara sampah kering, basah, organik, dan anorganik. Maka ‘sampah perasaan’ kita ini juga harus kita wadahi pada titik kordinat hati dan pikiran yang pas.

Jangan sampai anak-anak kita yang lain, apalagi yang masih kecil menjadi tempat pembuangan ‘sampah perasaan’ kita. Kasihan kan kalau itu sampai terjadi.

Maka itu dibutuhkan FSKM ini sebagai wadah daur ulang ‘sampah perasaan’ diolah dan diubah menjadi kekuatan dan keteguhan dalam menjalani pemulihan.

Kita diam saja di sini silakan, tidak apa-apa. Buat diri kita nyaman terlebih dahulu. Saat kita berada di tempat kumpul bersama dengan teman-teman kita itu kan kita merasa nyaman. Mau bicara dan ngobrol apa saja tidak ada yang melarang. Tumpah semua perasaan kita.

Saya bergaul dengan bermacam-macam jenis dan karakter manusia sudah puluhan tahun. Tapi kita semua menikmati pergaulan tersebut karena kita memiliki persepsi yang sama. Kita tidak memandang perbedaan status sosial, latar belakang keluarga, gelar pendidikan, suku, agama, atau apapun karena kita semua memiliki masalah yang sama dengan narkoba.“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar