Senin, 29 Mei 2017

“Kajian Puasa” Mengenai Kebangkitan dari Kematian Bersama Prof. Dadang Hawari



(Catatan 2 Silaturahmi Madani ke Prof. Dadang Hawari, Jakarta, 27 Mei 2017)

rehabilitasipecandunarkoba.blogspot.co.id – Selain mengobrol mengenai perkembangan Madani terkini, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater juga mengajak para pengurus Madani yang hadir pagi ini untuk “Kajian Puasa”.


Pengkajian puasa kali ini diwujudkan dengan pembahasan buku terbaru Prof. Dadang Hawari yang berjudul, “Kehidupan Sesudah Kebangkitan dari Kematian”. Buku ini merupakan pengembangan dari buku beliau sebelumnya yang berjudul “Hidup Sesudah Mati” yang membahas kematian akibat perang dan lain sebagainya.


Sedangkan dalam buku terbaru beliau ini kematian dibahas berdasarkan dalil al Quran dan al Hadits yang dilengkapi dengan teks arab, teks latin, dan terjemahan. Sampul depan bergambarkan ilustrasi surga dan sampul belakangnya bergambar ilustrasi neraka.

Prof. Dadang Hawari menjelaskan bahwa motif penulisan buku beliau yang terbaru ini karena kebanyakan orang saat ini lupa bahwa suatu hari nanti dia akan mati akibat terlalu asyik dengan berbagai kenikmatan dunia.

Orang baik atau orang jahat semua akan mati. Lalu, ke manakah kita setelah mati? Ada sebagian orang yang menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Padahal al Quran jelas menerangkan kepada manusia bahwa, “Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini”. ~ad Dukhon: 35. “Dan, Yang akan Mematikan aku kemudian akan menghidupkan aku (kembali)”. ~asy Syu`aro: 81.

Kalau kita mau jadi penghuni surga juga harus beramal sholeh. Termasuk yang di Madani. Semua harus mensucikan niatnya kembali untuk bekerja semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.

Lalu, Allah juga berfirman, “Dan, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan, itulah seburuk-buruknya tempat kembali”. ~at Taghobun: 10.

Kalau kita lihat ayat di atas terasa radikal tidak? Orang pada ngomong begini radikal, begitu radikal. Ngerti nggak mereka radikal itu apa? Orang yang maling, dipotong tangannya dibilang radikal.

Terus kita buat aturan sendiri. Bikin penjara sampai penuh dengan para penghuninya. Para penghuni pun melarikan diri dan membakar penjara. Coba kalau maling dipotong nggak bakalan penuh itu penjara. Pezina dicambuk. Nggak bakal ada penjara lagi.

Ini Allah yang memberitahu. Malah dibilang radikal. Pakenya konsep barat sih! Orang yang ngomong gitu juga nggak ngerti al Quran. Susahnya begitu. Jadi bahasanya nggak pernah nyambung.

Usdar menambahkan mengenai kasus hilangnya al Quran ayat 51-57 dalam surat al Maidah cetakan Departemen Agama (Depag). Diperkirakan hal tersebut merupakan sebuah kesengajaan.

Prof. Dadang Hawari berpendapat hal seperti ini sudah layak untuk diperkarakan, dipidanakan, atau disidangkan. Terbukti atau tidak itu soal lain. Karena setiap penerbitan al Quran harus ada editornya. Tidak bisa sembarangan.

(Mohamad Istihori, 29 Mei 2017)

Catatan Selengkapnya :
Catatan 1 dari 6 : Perkembangan Madani Terkini
Catatan 3 dari 6 : Berbagai Kemunkaran yang Allah Azab dengan Kematian
Catatan 4 dari 6 : Waspada pada Bahaya Tipu Daya Dunia
Catatan 5 dari 6 : Sudah Merdeka Tapi Masih Hidup di Bawah Hukum Penjajah
Catatan 6 dari 6 : Usai Silaturahmi, Lanjut Rapat di Madani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar