(Catatan
2 Silaturahmi Madani ke Prof. Dadang Hawari, Jakarta, 27 Mei 2017)
rehabilitasipecandunarkoba.blogspot.co.id
– Selain mengobrol mengenai perkembangan Madani terkini, Prof. Dr. dr. H.
Dadang Hawari, Psikiater juga mengajak para pengurus Madani yang hadir pagi ini
untuk “Kajian Puasa”.
Pengkajian puasa kali ini diwujudkan dengan pembahasan buku terbaru Prof. Dadang Hawari yang berjudul, “Kehidupan Sesudah Kebangkitan dari Kematian”. Buku ini merupakan pengembangan dari buku beliau sebelumnya yang berjudul “Hidup Sesudah Mati” yang membahas kematian akibat perang dan lain sebagainya.
Sedangkan
dalam buku terbaru beliau ini kematian dibahas berdasarkan dalil al Quran dan
al Hadits yang dilengkapi dengan teks arab, teks latin, dan terjemahan. Sampul
depan bergambarkan ilustrasi surga dan sampul belakangnya bergambar ilustrasi
neraka.
Prof.
Dadang Hawari menjelaskan bahwa motif penulisan buku beliau yang terbaru ini
karena kebanyakan orang saat ini lupa bahwa suatu hari nanti dia akan mati akibat
terlalu asyik dengan berbagai kenikmatan dunia.
Orang
baik atau orang jahat semua akan mati. Lalu, ke manakah kita setelah mati? Ada
sebagian orang yang menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segalanya.
Padahal al Quran jelas menerangkan kepada manusia bahwa, “Tidak ada kematian
selain kematian di dunia ini”. ~ad Dukhon: 35. “Dan, Yang akan Mematikan aku
kemudian akan menghidupkan aku (kembali)”. ~asy Syu`aro: 81.
Kalau
kita mau jadi penghuni surga juga harus beramal sholeh. Termasuk yang di
Madani. Semua harus mensucikan niatnya kembali untuk bekerja semata-mata untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Lalu,
Allah juga berfirman, “Dan, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat
Kami, mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan, itulah
seburuk-buruknya tempat kembali”. ~at Taghobun: 10.
Kalau
kita lihat ayat di atas terasa radikal tidak? Orang pada ngomong begini
radikal, begitu radikal. Ngerti nggak mereka radikal itu apa? Orang yang
maling, dipotong tangannya dibilang radikal.
Terus
kita buat aturan sendiri. Bikin penjara sampai penuh dengan para penghuninya.
Para penghuni pun melarikan diri dan membakar penjara. Coba kalau maling
dipotong nggak bakalan penuh itu penjara. Pezina dicambuk. Nggak bakal ada
penjara lagi.
Ini
Allah yang memberitahu. Malah dibilang radikal. Pakenya konsep barat sih! Orang
yang ngomong gitu juga nggak ngerti al Quran. Susahnya begitu. Jadi bahasanya
nggak pernah nyambung.
Usdar
menambahkan mengenai kasus hilangnya al Quran ayat 51-57 dalam surat al Maidah
cetakan Departemen Agama (Depag). Diperkirakan hal tersebut merupakan sebuah
kesengajaan.
Prof.
Dadang Hawari berpendapat hal seperti ini sudah layak untuk diperkarakan,
dipidanakan, atau disidangkan. Terbukti atau tidak itu soal lain. Karena setiap
penerbitan al Quran harus ada editornya. Tidak bisa sembarangan.
(Mohamad
Istihori, 29 Mei 2017)
Catatan Selengkapnya :
Catatan 1 dari 6 : Perkembangan Madani Terkini
Catatan 3 dari 6 : Berbagai Kemunkaran yang Allah Azab dengan Kematian
Catatan 4 dari 6 : Waspada pada Bahaya Tipu Daya Dunia
Catatan 5 dari 6 : Sudah Merdeka Tapi Masih Hidup di Bawah Hukum Penjajah
Catatan 6 dari 6 : Usai Silaturahmi, Lanjut Rapat di Madani
Catatan Selengkapnya :
Catatan 1 dari 6 : Perkembangan Madani Terkini
Catatan 3 dari 6 : Berbagai Kemunkaran yang Allah Azab dengan Kematian
Catatan 4 dari 6 : Waspada pada Bahaya Tipu Daya Dunia
Catatan 5 dari 6 : Sudah Merdeka Tapi Masih Hidup di Bawah Hukum Penjajah
Catatan 6 dari 6 : Usai Silaturahmi, Lanjut Rapat di Madani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar