(Forum Silaturahmi Keluarga Madani 3
Bagian Ke-3 Bersama Bunda Meilani
Hermanto di Studio Madani, Kamis, 4 Mei 2017)
rehabilitasipecandunarkoba.blogspot.co.id – Bunda Meilani, “Saat
kita marah, semua menjadi satu pertengkaran. Kemudian, ada rasa takut yang
akhirnya melahirkan rasa kekhawatiran yang tidak beralasan. Takut tapi takut
apa kita sendiri tidak tahu.
Kita tadi di awal sudah menyangkal. Kita menyangkal, gelisah, dan takut kita simpan sendiri. Kemudian, yang pasti kita akan malu. Benar nggak? Juga selalu bohong. Selalu berusaha menghindar saat bertemu dengan anak kita yang kena masalah narkoba.
Saya sampai hari ini, saat saya
menangani rehab di tahun 2000 saya masih tetap bertemu dengan para orang tua yang
dulu anak mereka saya bantu. Ketemu di pesta pernikahan, mereka langsung balik
badan.
Para orang tua itu sangat khawatir dan
malu kalau kenal dengan saya di panti rehab. Mereka pun lalu pura-pura tidak
kenal dengan saya.
Kemudian, banyak yang kita alami ini
adalah konflik keluarga. Bahkan suami-istri sampai ada yang berpisah (cerai). Ini
adalah masalah keluarga yang kerap terjadi di masa awal anak sedang kecanduan
narkoba. Masalah sekecil apapun sangat berpotensi untuk memicu pertengkaran
yang hebat dalam keluarga.
Ini paling tidak dari tujuh masalah yang
ada setidaknya lima masalah akan kita alami. Mungkin bisa lebih dari lima. Bahkan
masalah yang tidak tertulis dari pembahasan ini bisa saja muncul dan kita
alami.
Kemudian kita bicara masalah anak kita
yang menggunakan narkoba. Kesayangan kita yang dilanda kegelisahan yang
berkibat pada rendahnya kepercayaan diri keluarga. Mereka selalu gelisah dalam
segala urusan. Baik itu dalam urusan pekerjaan, hubungan sosial, dan lain
sebagainya karena keluarga tidak percaya diri.
Kita sebagai keluarga yang sudah
terlanjur malu akibat perbuatan anak kita sendiri kadang menjadi sering marah
untuk mengobati perasaan malu tersebut. Anak pun selalu menghindar untuk
berbuat jujur. Mereka menjadi tidak berani dan tidak menerima kenyataan yang
ada.
Mereka itu sebenarnya sangat membutuhkan
bantuan kita. Sayangnya mereka sendiri selalu memilih untuk menghindar dan
selalu berusaha menjauh dari kita. Mereka juga maunya instan, tidak sabaran. Pokoknya
sekarang iya sekarang. Tidak bisa ditunda. Itulah problem mereka. Segalanya mau
cepat.”
(Mohamad Istihori, Jum`at, 5 Mei 2017)
Catatan Terkait :
Catatan Terkait :
Catatan 1 dari 19 : Belajar dari Acara Wisuda di Malaysia Bagi Para Mantan Pengguna Narkoba
Catatan 2 dari 19 : 14 Masalah Keluarga yang Ditimpa Narkoba
Catatan 4 dari 19 : Jangan Pernah Mencoba untuk Mengisi Kekosongan Jiwa dengan Narkoba
Catatan 5 dari 19 : Menjaga Pemulihan Selama Hayat Masih di Kandung Badan
Catatan 6 dari 19 : “Hilang Satu NggakApa-Apa Deh, Bu!”
Catatan 7 dari 19 : Kekuatan Keluarga di Indonesia dan Pengakuan Dunia
Catatan 8 dari 19 : Recovery is Number One
Catatan 9 dari 19 : Memelihara Bandar Narkoba di Rumah?
Catatan 10 dari 19 : Rencana Mau Bulan Madu Malah Jadi “Bulan Racun”
Catatan 11 dari 19 : Empat Kunci Sukses Proses Pemulihan Keluarga dan Korban Pecandu Narkoba
Catatan 12 dari 19 : “Sekarang Dia Bukan Lagi Anak Saya, Dia Sudah Jadi Anak Negara, Pak!”
Catatan 13 dari 19 : Sesering Kita Mengikuti FSKM, Secepat Itulah Proses Pemulihan Kita
Catatan 14 dari 19 : Reconnect Relationship
Catatan 15 dari 19 : “Permisi Bapak/Ibu, Anakmu Mau Pake Narkoba Dulu?” #Eh
Catatan 16 dari 19 : Habis Titik Baru Koma, Hujan Rintik-Rintik Bisa Buat Kembali Pake Narkoba?
Catatan 17 dari 19 : Proses Menyamakan Persepsi Itu Susahnya Setengah Mati
Catatan 18 dari 19 : Buanglah “Sampah Perasaan” pada Tempatnya
Catatan 19 dari 19 : “Masa Bulan Madu” bagi Mantan Pecandu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar